Banner
Login Member
Username:
Password :
Jajak Pendapat
Bermanfaatkah Website sekolah bagi anda
Ragu-ragu
Tidak
Ya
  Lihat
Bagaimana menurut Anda tentang tampilan website ini ?
Bagus
Cukup
Kurang
  Lihat
Statistik

Total Hits : 409877
Pengunjung : 105184
Hari ini : 7
Hits hari ini : 158
Member Online : 293
IP : 216.73.216.36
Proxy : -
Browser : Gecko Mozilla
:: Kontak Admin ::

ppws_online    Suliadjauhariana
Agenda
26 October 2025
M
S
S
R
K
J
S
28
29
30
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1
2
3
4
5
6
7
8

Kurikulum 2013, Guru Harus Lebih Peduli

Tanggal : 14-09-2014 19:58, dibaca 686 kali.

Kurikulum 2013, Guru Harus Lebih Peduli
Oleh : Muh. Syukur Salman | 03-Sep-2014, 11:52:34 WIB 

KabarIndonesia Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 (K.13) sangat ditentukan oleh guru. Betapa tidak, guru merupakan pelaku utama dan ujung tombak implementasi K.13 melalui proses pembelajaran. Hal ini tentu saja sama dengan penerapan kurikulum yang telah lalu, guru selalu menjadi penentu suksesnya kurikulum tersebut diimplementasikan di lapangan. 

Oleh karena itu, tepat jika pemerintah mewajibkan semua guru mengikuti diklat K.13 sebelum mengimplementasikan K.13, meskipun saat ini hal tersebut belum terealisir secara keseluruhan. Diklat implementasi K.13 secara berjenjang telah dan sementara berlangsung selama 4-5 hari setiap angkatan. Materi diklat yang cukup padat serta kondisi dan suasana diklat  yang masih kurang kondusif, membuat banyak guru alumni diklat masih kebingungan dalam mengimplementasikan K.13 tersebut. Namun, hal tersebut tidak membuat sekolah patah arang, beberapa telah melaksanakan diklat pemantapan di sekolah masing-masing untuk para guru-gurunya. 

Tentu, setiap saat perlu ada pemantapan serta pendampingan terhadap guru-guru, baik yang telah mengikuti diklat K.13, apalagi yang belum. Namun, yang perlu guru yakinkan pada dirinya sendiri bahwa berhasil tidaknya K.13 ini tergantung pada diri guru tersebut. Oleh karena itu, guru harus mampu mengimplementasikan K.13 secara maksimal dengan cara terus belajar dan menambah pengetahuan dan wawasan terhadap K. 13 tersebut. 

Selain itu, yang paling penting adalah implementasiya. Bahwa, guru dituntut untuk lebih peduli. Lebih peduli kepada siapa? Hakikat dari semua tujuan sistem pendidikan, keberadaan guru, sarana prasarana, manajemen, termasuk kurikulum itu sendiri, anggaran yang sangat besar, dan lain sebagainya, tak lain dan tak bukan tujuannya adalah siswa (peserta didik). 

Oleh karena itu, K.13 menuntut guru lebih peduli terhadap siswa. Lihatlah saja system penilaian pada K.13 yang begitu banyak dan rinci, tak lain tujuannya agar guru lebih peduli terhadap siswa. Sistem penilaian otentik yang diterapkan, juga agar guru lebih peduli kepada siswa. 

Kepedulian guru terhadap siswa dapat dikatakan harus TSM (Terstruktur, Sistematis, dan Masif - meminjam istilah PHPU di MK). Terstruktur, artinya bahwa kepedulian yang terealisasi melalui penilaian tersebut haruslah memunyai instrument serta format yang jelas sehingga tercapai nilai otentiknya. 

Selain itu, nilai akademiknya dapat dipertanggungjawabkan. Sistematis, artinya bahwa kepedulian oleh guru tercermin melalui penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan (pada K.13 lebih detail dengan KI.1 spritual, KI.2 Sosial, KI.3 pengetahuan, dan KI.4 Keterampilan). 

Lebih detail lagi bahwa penilaian dilakukan setiap pembelajaran, sub tema, dan tema. Kepedulian secara masif diartikan bahwa guru harus sesering mungkin melakukan penilaian baik di dalam maupun di luar kelas/sekolah. Kepedulian lebih luas jangkauannya dari hanya sekadar penilaian terhadap siswa. Jika penilaian yang nyata dalam K.13 hanya sampai pada penentuan nilai siswa: sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Sedangkan kepedulian guru harus lebih yakni tidak sekadar sampai pada proses penilaian tetap lanjut ketindakan nyata yang dikenal dengan pembimbingan. Pada saat siswa memeroleh nilai cukup atau kurang di sikap (spiritual dan sosial) maka guru diharapkan lebih peduli dengan melakukan bimbingan terhadap siswa tersebut.  

Oleh karena itu, keterpaduan antara penilaian dengan bimbingan harus selalu sejalan sebagai wujud kepedulian guru. Contoh sederhana, penilaian awal (sub tema I) sikap KI.2 ( sosial = kerjasama) pada siswa A ternyata kurang, guru harus membimbing agar siswa A lebih mampu bergaul dan bekerja sama dengan temannya, maka pada penilaian berikut (sub tema 2) diharapkan tidak lagi kurang tetapi meningkat menjadi baik atau sangat baik. Sangat tidak diharapkan, jika guru meninggalkan siswa (tidak peduli) sehingga sikap siswa tidak mengalami perubahan. Sering dikeluhkan guru terhadap tuntutan lebih peduli ini dengan beralasan banyaknya siswa yang harus mendapat perhatian. 

Dengan menyebutkan jumlah siswa dalam satu kelas (misalnya 30-40 siswa)  tentu saja terkesan berat dan hampir mustahil melakukan hal seperti contoh di atas. Namun, dalam realita tidak demikian. Guru memang harus peduli terhadap semua siswa yang menjadi anak didiknya di kelas, tetapi yang mendapat kepedulian lebih hanyalah siswa yang memeroleh nilai cukup dan kurang tadi. Jika demikian, maka mungkin hanya 1-10 siswa saja yang mendapat perhatian khusus, itupun akan semakin berkurang seiring proses peduli (penilaian dan bimbingan) tersebut. Oleh karena itu, K.13 menuntut guru lebih peduli kepada siswa, bukan segi kuantitas atau banyaknya siswa, tetapi kepedulian guru dituntut kualitas yang lebih baik dengan sistem TSM tadi. (*)



Blog: http://www.pewarta.kabarindonesia.blogspot.com/ 
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com 
Berita besar hari ini.  Kunjungi segera:
http://www.kabarindonesia.com//



Pengirim :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas
Nama
E-mail
Komentar

Kode Verifikasi
                

Komentar :


   Kembali ke Atas